Lesbian

BENARKAH, jika seorang wanita sangat menyukai bentuk tubuh temannya sejenis maka ia bisa dikategorikan punya penyakit seksual, lesbian? Bagaimana pula bila ia memang sangat menyukai sang teman namun ia juga punya seorang kekasih pria?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu bisa saja menjadi pertanyaan sejumlah kalangan remaja atau wanita karier saat
ini. Sebut saja Tina yang masih duduk di bangku SMU. Ia mengaku merasakan suatu perasaan kenikmatan seksual dengan teman wanitanya.

Kejadiannya pada saat Tina melihat tubuh temannya tersebut saat berada di ruang ganti selama pelajaran olahraga. Tina juga sering menganggap cewek atau wanita lain sangat cantik. Padahal ia sendiri sudah punya kekasih. Apa yang terjadi padanya?

Atau sebut saja Belinda yang sangat dekat dengan teman barunya di kantor. Lantaran sama-sama single mereka kerap sekali menghabiskan waktu bersama-sama mulai dari menonton film, ke club atau tempat lainnya. Bergandeng tangan, berangkulan sudah menjadi hal biasa. Akan tetapi ketika temannya menginap di rumahnya, ia terlihat pasrah saat temannya tersebut menggerayangi badannya. Meskipun tak melakukan hal yang berlebihan akan tetapi Belinda mengaku sangat menikmati hal tersebut. Apa yang terjadi? Apakah ini juga termasuk kategori lesbi?

Lesbian adalah wanita atau cewek yang secara seksual lebih tertarik kepada sejenisnya daripada lelaki. Wanita heterosekual hanya tertarik pada lelaki saja. Yang disebut biseksual bisa tertarik baik pada wanita maupun lelaki. Masalah seksual bisa sangat kompleks dan jarang bagi seorang untuk hanya tertarik saja kepada satu gender seratus persen dalam hidupnya.

Tak tertutup kemungkinan suatu saat sangat tertarik pada lelaki tapi pada saat yang lain amat tertarik pada wanita atau sebaliknya. Perasaan-perasaan seksual ini tidaklah bersifat konstan, dapat berubah sewaktu-waktu. Bahkan amat mungkin seorang ABG adalah lesbian atau biseksual tapi ketika dewasa menjadi heteroseksual, begitu pun sebaliknya.

Cowok Ganteng Lebih Berisiko
Ini hasil penelitian dari Pennsylvania State University, Amerika Serikat, yang muncul di Journal of Youth and Adolescence On Line First akhir Maret lalu.

Dikatakan, pria muda yang merasa penampilannya oke lebih mungkin terlibat dalam perilaku seks berisiko dibanding sebayanya yang citra tubuhnya kurang positif. Sebaliknya, di antara wanita muda, mereka yang tampil dengan citra tubuh positif lebih tidak berkemungkinan terlibat dalam perilaku seksual berisiko.
v Pria yang paling puas dengan penampilan mereka dan berorientasi pada penampilan, maksudnya banyak berinvestasi untuk penampilan dan menganggap penampilan adalah penting, juga lebih mungkin berhubungan seks tanpa kondom. Mereka juga lebih mungkin melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.

"Ada semacam kepercayaan umum bahwa tampilan tubuh yang baik merupakan suatu hal yang bagus," papar pemimpin penelitian, Dr. Eva S. Lefkowitz. "Kami tidak mengatakan bahwa hal tersebut tidaklah betul. Namun, kami berpendapat dalam kasus pria muda, di balik tampilan positif sosok seseorang ada potensi penyimpangan yang negatif," sebut Dr. Eva mewakili timnya.

Dalam penelitian itu periset mewawancarai 434 siswa usia 17 hingga 19 tahun. Lima puluh sembilan persen di antara mereka mengaku aktif secara seksual. Lebih dari dua per tiga yang aktif secara seksual itu mengaku tidak menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks.

Hanya sedikit siswa yang aktif secara seksual itu mengaku tidak puas dengan penampilan mereka. Meski begitu, rata-rata mereka memperlihatkan citra tubuh yang positif.

Peneliti mengaku tidak tahu mana yang lebih dulu, mereka merasa puas dengan penampilannya karena lebih mungkin melakukan hubungan seks, atau karena aktif secara seksual, mereka jadi punya citra tubuh yang lebih baik.

Usia 40 Tahun Kesuburan Pria Turun
Usia 40 tahun adalah usia puncak bagi seorang pria. Termasuk dalam urusan seks. Seorang peneliti asal Prancis mengungkapkan bahwa kesuburan pria dan kehamilan wanita akan menurun drastis ketika mencapai umur 40 tahun.

Penelitian ini dilakukan terhadap 2.000 orang pasang yang secara rutin menjalani tes kesuburan. Dari tes yang dilakukan di dapatkan bahwa kehamilan akan gagal sebanyak 70% pada pasangan suami istri dimana sang pria telah berumur di atas 40 tahun.

Wanita-wanita yang ikut tes tersebut adalah wanita tidak subur. Mereka adalah wanita yang mengikuti program bayi tabung. Oleh karena itu maka usia calon ayah bagi bayi tersebut merupakan faktor penting bagi pasangan tersebut agar mencapai keberhasilan.
v Hasil studi lain juga menyebutkan bahwa semakin tinggi usia pria maka semakin kecil pulalah kemampuannya menjadi Bapak. Hal ini disebabkan telah terjadinya perubahan pada struktur biologis dan karena adanya penurunan kemampuan seksual.
v "Hasil penemuan penelitian kami untuk pertama kalinya memberikan bukti kuat faktor menurunnya kemungkinan seorang pria dapat menjadi ayah terkait erat dengan usia biologis pria," ujar peneliti tersebut.

Jika di hubungkan dengan program bayi tabung, maka tingkat keberhasilan program bayi tabung akan semakin kecil jika usia si calon ayah tinggi. Hal tersebut disebabkan dari mutu atau kualitas sperma yang dihasilkan tidak kuat. Pada wanita, kesuburan akan turun ketika usia mereka mencapai 35 tahun.